Ada semacam konsenses yang semakin baik diantara ahli dan praktisi pendidikan matematika bahwa tujuan dasar dari pembelajaran matematika adalah untuk membantu peserta didik dalam memecahkan masalah-masalah kehidupan nyata sehari-hari, membantu mereka dalam berpartisifasi secara cerdas dalam masyarakat, mempersiapkan mereka menuju dunia kerja, dunia vokasional dan profesional. Karena itu pembelajaran matematika hendaknya berubah dari hanya sekedar melatih ketrampilan rutin, kepada hal-hal yang menekankan pemahaman konseptual, kecerdasan yang utuh dalam berpikir tingkat tinggi, berpikir kritis, divergen, analitis, sentesis dan evaluatif. Hal ini lah adalah sesungguhnya the heart of mathematics dalam paradigma baru pembelajaran matematika.
Secara tradisi, masalah matematika selalu dicirikan dengan “solusinya yang unik dan tunggal serta selalu dapat ditentukan”. Masalah matematika jenis ini disebut closed problem. Sebaliknya, masalah matematika yang dirumuskan sedemikian rupa sehingga memiliki solusi yang ganda dikatagorikan sebagai masalah matematika open-ended. Pembelajaran berorientasi pemecahan masalah matematika open-ended membentuk kompentensi berpikir creativ, divergen dan kritis, karena memberikan kesempatan yang sangat luas kepada siswa untuk menggunakan segala kemampuan matematisnya dalam mengembangkan dan menggunakan ide-ide beserta skill matematikanya, mendemontrasikan pemahaman yang mendalam melalui berbagai cara, untuk mengkonstruksi berbagai kemungkinan solusi dan argumentasi terhadap masalah matematika yang dipecahkan.
Dalam artikel ini akan dipaparkan secara singkat dan padat mengenai (1) landasan teoritis pembelajaran matematika berorientasi pemecahan masalah kontekstual open-ended, dilanjutkan dengan (2) kerangka dasar pembelajarannya yang meliputi aspek- aspek (a) sintaksis, (b) prinsip reaksi, (c) sistem sosial, (d) sistem pendukung, serta (e) dampak pembelajaran dan dampak pengiringnya.